Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Rachael

                Keringat mengucur di seluruh tubuhnya. Tak urung, bajunya pun basah kuyup. Latihan hari ini membuat tanaganya cukup terkuras. Padahal, besok ada mata kuliah yang harus ditempuhnya. Tapi ia tak peduli. Yang penting ia dapat menjalani hobinya itu.
***
                Rachael berlari menyusuri lorong. Begitu sampai di depan sebuah ruangan, ia menempelkan telinga kanannya di permukaan daun pintu. Ia tidak mendengarkan satu suarapun. Itu kalau pendengarannya sedang tidak error.  Dengan pelan ia membuka pintu tersebut. Semua pandangan menghujam ke arahnya. Temasuk Pak Handoko, dosen killer yang dikiranya absen. Mampus gue! Batin Rachael. Pak Handoko tersenyum penuh arti. Ya, senyum si killer. “Angin apa yang menyebabkanmu begitu pagi tiba di tempat ini?” sindirnya dengan senyuman yang benar-benar membuatku ingin lari saat itu juga. “Siapa nama lengkapmu?” tanya Pak Handoko. “Angelina Rachael” jawabku . Mata Pak Handoko mencari nama yang tadi ku sebutkan, lalu memberikan tanda di kertasnya.

                “Hahaha .. kamu juga sih aneh-aneh. Mangkanya, kalo mau ngejalanin hobi tu mikir-mikir dulu. Jangan asal aja. Tapi tenang aja. Paling-paling nilai kamu dikurangi..” kata Febri saat istirahat. Sambil berkata demikian, matanya tak berpaling dari bedaknya.
Tak bisa dipungkiri, kalau Rachael ngumpul bareng sama temen-temennya, pasti Rachael bakalan kayak manusia planet. Dari semua teman ngumpulnya, yang bisa dibilang ‘sedikit berbeda’ adalah Rachael. Semua temannya feminin banget. Dan pastinya ngga akan pernah bisa lepas dari satu hal, yaitu dandan! Sedangkan Rachael, Rachael adalah anak yang tomboi dan super cuek dengan yang namanya penampilan.
“Chel ..” kata Febri membuyarkan lamunanku. “Hahaha … Febri, lo ngomong kagak digubris tu sama Rachael” sambung Cynthia. Racahel hanya tersenyum. “Aaaa, Rachael … tega banget sih elo. Daritadi gue nyerocos kagak didengerin. Rese ah.” Kata Febri sambil manyun. Rachael tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Febri yang lalu diikuti Cynthia, Lauren, Cyndy, Vania, dan Joceline, tentunya dengan tawa yang lebih tertata. Cynthia semakin manyun dibuatnya.
***
“Guys, kalian ngga kasian ya sama Rachael?” tanya Cynthia pada teman-temannya. Saat itu mereka emang lagi nebeng di rumahnya Joceline, tanpa Rachael tentunya. Kalau ada Rachael, mana berani mereka ngomongin Rachael. Bisa-bisa ditonjokkin tu sama Rachael sampe’ bonyok-bonyok.
“Emang kasian kenapa?”tanya Lauren yang sibuk dengan kuteksnya. Yang lainnya juga memandang Cynthia dengan pandangan bertanya-tanya. “Ya keleatannya dia ngga nemuin jati dirinya sebagai cewek” kata Cynthia. Yang lain hanya berpandang-pandangan tanda tak mengerti. “Ya…. Maksudku dia itu uda kuliah. Dia itu seharusnya juga jangan terlalu cuek dengan keadaan seitar. Seenggaknya dia bisa merhatiin penampilan diri lah. “ Cynthia segera menambahkan sebelum terjadinya kesalahpahaman.  Teman-temannya hanya memberikan tanggapan yang sama sekali ngga memuaskan. Hanya menggeleng, tersenyum, dan mengedikkan bahu.
“So, maumu apa? Dia tetep dia. Udah dari sononya kayak gitu. Emang sih dia bisa aja berubah. Tapi kan juga tergantung sama situasi dan dianya sendiri. Kita juga ngga punya hak donk buat ngatur-ngatur dia.” Sahut Joceline. “Ya emang. Tapi seenggaknya sekali aja dia jadi cewek yang normal dalam konteks kelakuan cewek “ jawab Cynthia. “Gue nerti maksud lo. Ya kita leat aja ntar.” Kata Cyndy sekaligus mengakhiri pembicaraan mereka yang kelihatannya garing abis.
***
Pagi ini di papan pengumuman pasti ada yang menarik!  Kata Rachael dalam hati. Gimana ngga menarik, yang ngumpul di situ banyak banget! Rachaelpun segera mendekat kearah papan pengumuman itu. Tapi lima detik kemudian ia tertegun. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Segera ditinggalkannya papan pengumuman dan kerumunan yang terlihat sangat bersemangat. Ia masih tidak dapat percaya dengan apa yang sudah dilihatnya.
***
“Kenapa tu muka lo lecek banget?” sembur Vania ketika Rachael masuk ke ruangannya. “Uda baca papan pengumuman tadi?”jawab Rachael dengan malas. Gimana ngga malas? Isinya aja tentang prom-night. Buat sebagian besar orang prom adalah moment-moment yang sangat sulit dilupakan. Tapi bagi Rachael yang tomboy, merupakan pukulan yang sangat menyakitkan. Mengenakan barang-barang yang keramat alias gaun, make up, dan kawan-kawan. Teman-temannya saling berpandang-pandangan. Inilah saatnya! Batin teman-temannya.

“Ngga ikutan prom ngga boleh ya, bu?” tanya Rachael ketika berpapasan dengan Bu Rika. Bu Rika menggeleng mantap. Dan kini tinggal Rachael yang tertunduk lemas.
***
“Guys, ini kesempatan kita! Siapa sih yang punya ide cemerlang ini? Aduhh, pinter banget ni yang puny ide” kata Cynthia memberondong. Yang lainnya hanya senyum-senyum. Mereka semua senang, karena akhirnya bisa melakukan ‘sedikit perubahan’ pada sohibnya yang tomboy abis. “Si Rachael ngga bisa menghindar lagi! Wajib acaranya!” tambah Joceline. “Tapi ntar dia pake’ baju apa ya? Terus kita sebagai make-upernya kan?” kata Cyndy bersemangat.
***
“What?!” katanya tak percaya. Rachael memandangi wajah keenam sahabatnya dengan perasaan campur aduk. Senang, aneh, ngga percaya, dan sebagainya. Gimana ngga kaget kalau semua sahabat Rachael ini berjanji akan mendandaninya ketika prom. Seneng sih ..
“Guys, satu hal yang penting tapi kalian lupa.” Kata Rachael. Teman-temannya saling berpandangan satu sama lain. “Sejak kapan lo jadi ngerti hal-hal detail?” kata Febri dengan wajah menahan tawa. Rachael mengernyitkan dahi.  “Emang hal apa? Make up? Dress? High heels?” tanya Lauren. Aku mendesah. Ternyata sahabatku ngga ada yang pinter setelah kuliah .. batin Rachael. “Bukannn…. Masalahnya gue pergi ke sana sama sapa?? Masalahnya lagi, gue belum dapet pasangan prom. Ntar gue di sana kayak ayam nyasar lagi..” katanya memberondong. Yang lain hanya melongo mendengarku bicara. Dasar! Batin Rachael.
***
Pandangan Rachael melayang kearah sosok yang paling dia kenal. Maksudnya, sosok yang paling  ia harapkan. Diko!  Batin Rachael. Segera saja Rachael pura-pura ngga liat Diko. “Prince Charmingmu dateng tuh” bisik Joceline. Wajah Rachael memanas. Diangkatnya wajahnya, dan pandangan Rachael beradu dengan Diko. “Hai” sapa Diko memecah keheningan. Baru ia sadari kalau di meja ini tinggal ia dan Diko saja. Sialan! Ditinggal sendiri deh gue .. umpatku dalam hati. “Oh, hai juga” sahut Rachael. Dalam hati Rachael menyesali kata-katanya. Benar-benar konyol!
“Lo ada kelas ngga habis gini?” tanya Diko. “Ngga. Kenapa?” jawabku. Sekarang, Rachael jauh lebih rileks. “Emm, to the point aja ya. Gini, lo kan tau tentang acara prom night. Dan gue kira, ngga ada salahnya kan kalo gue pergi sama elo ..” katanya. “Eee.. yaa .. ehm ..” aku tergagap. Dalam hati aku menyumpahi kebodohanku. “So .. elo mau ngga?” tanya Diko sekali lagi. Aku hanya bisa mengangguk. “Sebelum lupa. Aku mau minta sesuatu ke kamu juga, Chel.” Tambah Diko. Aku memandanginya sesaat lalu berkata: “Apa?” “Kasi’ kejuatan buat yang lain ya?” katanya. Lalu beranjak pergi. “Nanti kutelpon” gumamnya. Tapi cukup jelas sehingga dapat membakar pipiku.
***
“Guys, ntar gue harus pake’ yang mana?” tanyaku semalam sebelum prom kepada Cyndy dan Joceline. Kujunjung 2 long dress kekayaanku. “Kalo menurut gue sih lebih suka kalo elo pake yang warna biru. Keliatannya soft banget buat lo. Tapi ngga tau lagi kalo elo lebih suka pake yang warna item.” Kata Cyndy antusias. “Umm, kalo menurut gue, biru emang lebih cocok. Kalo item, keliatannya surem banget. Meskipun menurut gue dua-duanya cocok buat elo ..”Joceline ikut angkat bicara. Kupandangi sekilas long dress biru itu. Not bad! Batinku.
“Akhirnya, elo pergi ke prom sama sapa?” tanya Jocelinesambil memilih-milih aksesoris yang dapat dipadukan dengan long dressku. Rachael tersentak. Rachael menghentikan jari-jarinya yang sibuk memencet tombol handphoneku. “Sama.. Diko ..” jawabnya tersipu-sipu. “Ciyeeee …. Pergi sama prince charmingnya niyee” ledek Cyndy seraya mendorong bahuku. Rachael hanya bisa tertawa kecil.
***
“Rachael, peraturannya cuman dua! Yang pertama, jangan banyak gerak. Yang kedua, cukup nurutin SEMUA perkataanku yang berhubungan dengan penampilanmu male mini. Penampilanmu, tanggung jawab gue dan anak-anak!” ujar Febri memberi ultimatum. Yang diultimatum hanya tersenyum kecil.
Sedetik kemuadian,Febri, Cynthia, Lauren, Cyndy, Vania, dan Joceline sudah sibuk mempersiapkan penampilan Rachael. Febri meraih long dress Rachael, lalu menyuruhnya mengenakannya. Cynthia sudah sibuk mengambil peralatan lain. Dan mereka semua mulai sibuk memoles wajah Rachael. “Guys, aku pasrah aja ya sama kalian.Gue ngga tau kalian mau ngancurin muka gue. Pokoknya kalian harus tanggungjawab kalo terjadi sesuatu yang negatif di penampilan gue!” kataku. “Bawel! Merem sono!” Vania menyambut kata-kataku. Yang lainnya hanya terkikik. Aduh.. bego banget sih gue. Kenapa gue harus percaya sama mereka. Meskipun mereka sahabat gue, tapi kalo uda ngerjain ngga tanggung-tanggung sih …. Gimana kalo gue jadi ondel-ondel? Bisa mampus gue jadi bahan tertawaan! Batin Rachael.
***
Aku segera memasuki gedung bersama teman-temanku. They’re a good friends. Meskipun mereka uda pada ditungguan ama gebetan masing-masing, mereka masih aja mau nemenin aku. Dari kejauhan kulihat Diko. Wow.. he look so cool! Batinku. “Guys, Diko ada di sana. Kalian duluan aja” kataku pada sahabatku yang paling setia. “Gue pengen liat reaksinya Diko waktu leat lo dateng, Chel.” Kata Vania. Aku menurut.
Diko mendekat kearahku. “Hi guys. Ngga bareng sama Racahel?” sapanya. Aku tercekat. Yang lainnya memberikan kode mata. “Umm, sebenernya sih dia uda ada di sebelahmu.” Kata Febri. Sejurus kemudian Diko menoleh kea rahku. Kalo boleh GeEr sih, dia kleatannya takjub gitu. “Kamu.. beda hari ini. Lebih feminin dan cantik” katanya dengan tatapan takjub. Rachael tersipu. Diam-diam teman-temannya meninggalkan Rachael sendiri bersama Diko.
Keheningan menyusut selama beberapa menit diantara Diko dan Rachael. Menyerah, akhirnya Diko yang angkat bicara. “Hmmm, aku seneng kamu uda bisa ngasi’ semua orang yang ada di sini kejuatan. Aku seneng kamu kalo’ kamu bisa buktiin kalo kamu tu lebih dari yang laen. Dan aku seneng, aku bisa tau alasan kenapa aku suka sama kamu selama ini.” Rachael tertegun mendengar kata-kata Diko. Sedikit demi sedikit ia mencerna kata-kata Diko barusan. Lal tersenyum penuh arti.
***
“Guys, Racahel uda tobat! Seneng banget ya.” Kata Vania. “Tapi sepi ya. Ngga’ ada yang cuek, ngga’ ada yang kayak satpam, ngga’ ada yang sibuk latian karate.” Kata Joceline dengan nada yang (sok) mendramatisir. “Ngga ada yang bakalan berubah kok.” Sahut satu suara yang sangat tak dapat diduga. “Gue tetep gue. Tapi gue ngga’ akan sekasar itu. Thanks ya guys. Ini semua kan berkat kalian. Kalo ngga’ ada kalian aku ngga’ bakalan jadi kayak gini. Dan aku ngga’ akan jadi sama Diko.” Kata Rachael penuh arti. Tak lupa juga dibubuhkannya senyumannya yang menghangatkan.

satu hal yang aku tau pasti ..
Tiap orang bisa brubah ..
Terutama perubahan karena sahabat
Bisa ke hal yang negatif maupun positif ..
Beruntung aku punya sahabat yang baek kayak mereka ..
Thx guys ..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS